Kisah Mengejutkan Ditabrak Pengemudi Ojek Online

SIAPA yang bisa menduga kejadian apa yang bakal terjadi di jalan raya. Apapun bisa terjadi setiap detik di jalan raya. Apalagi, perilaku dan pemahaman soal aturan serta teknik berkendara setiap pesepeda motor berbeda-beda. grab1

Saat itu, kondisi cuaca pada Kamis (5/1/2017) pukul 14.15 WIB, cukup cerah. Saya mengendarai sepeda motor menuju arah Balai Kartini. Arus lalu lintas Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta, dari arah Plaza Semanggi menuju Balai Kartini tergolong padat merayap.grab2

Namun, sebelum tiba di Balai Kartini, perjalanan saya terhenti di Jalan Jenderal Gatot Subroto, tidak jauh dari showroom mobil mewah Garasindo.

Sebuah sepeda motor milik seorang pengemudi ojek online menabrak sepeda motor saya. Saat itu, saya pun langsung mengajak dia untuk bicara di sebuah SPBU yang tidak jauh dari lokasi kejadian, agar tidak mengganggu arus lalu lintas.

Saat tiba di SPBU, saya pun mematikan mesin dan turun dari sepeda motor. Alhasil, tempat pelat nomor patah terbagi dua.grab5

Saya pun langsung meminta tanggung jawab pengemudi ojek online tersebut. Jawaban dari pengemudi ojek online tersebut cukup mengejutkan. “Kenapa Bapak mengerem mendadak? Kenapa saya harus mengganti tempat pelat nomor Bapak? Jangan salahkan saya. Sebab, saya juga ditabrak dari belakang,” kata dia ngotot.

“Kenapa Anda tidak menjaga jarak aman? Buktinya saya tidak menabrak sepeda motor di depan. Anda tidak punya itikad baik setelah menabrak sepeda motor orang. Permintaan maaf pun tidak ada. Kalau begitu, saya akan mengambil foto Anda dan pelat nomor sepeda motornya,” kata saya balik bertanya.

Entah kenapa, pengemudi ojek online tersebut ingin mengganti biaya kerusakan tempat pelat nomor sepeda motor saya. “Setelah berdebat panjang, Anda baru ingin mengganti. Sejak awal, Anda menyalahkan saya kenapa mengerem mendadak. Aneh,” ujar saya.

“Tapi, foto saya untuk apa Pak,” tanya pengemudi ojek online tersebut heran.grab4

Dalam kesempatan terpisah, Koordinator Jaringan Aksi Keselamatan Jalan (Jarak Aman), Edo Rusyanto, mengatakan, menjaga jarak aman, fokus berkendara, mematuhi rambu lalu lintas, dan menggunakan safety gear adalah upaya untuk mengurangi fatalitas kecelakaan.

“Apa pun jenisnya, kecelakaan bisa merugikan banyak kalangan. Pastinya, kecelakaan menyakitkan bagi korban maupun sang pelaku. Khusus jenis tabrak depan-belakang, mengisyaratkan kita para pengemudi untuk benar-benar ekstra waspada saat berkendara. Jangan pertaruhkan keselamatan jiwa hanya untuk melakukan aktivitas yang justru bisa berujung sia-sia,” tutur Eyang Edo. (rw)

Satu Tanggapan

  1. saya pernah nabrak mobil dari belakang, kasusnya hampir sama..

    saat lampu hijau menyala, saya yg motoran metik dan didepan saya low mpv lgsung gas meskipun gak langsung betot full..

    tiba tiba mobil tsb ngerem mendadak (menurut saya sih gitu).. saya yang siang itu jujur, kriyip kriyip ago ngantuk karena cuaca yg panas jogja yg lumayan nyengat.

    bruk, slebor masuk ke bawah bemper brlakang mobil, meskipun saya sempet rem, tp karena kurang sigap, ya nabrak deh..

    saya tarik motir ke belakang, dann.. srokk sensor parkir mobil sukses saya buat kewer kewer..

    *bersambung….

Tinggalkan komentar